Takut Dokter Gigi
Pulang dari Dokapon Party di rumah Biyan, mendadak gigiku sakit banget. Aku curiga wisdom teeth-ku udah mulai mendesak gigi yang lain. Langsung kirim email ke dokter, nanya kapan ada waktu selo. Repot di sini tuh, jarang bisa langsung dateng ke tempat praktek.
Besok paginya, dapet balesan dan ndak dikasih jadwal dong. Tulisannya cuman, "Kamu bisa ndak ke sini sekarang? Ditunggu sampek jam 10 pagi". Yaa langsung berangkat dong aku! Jam 9 sampek di praktekan dan langsung dieksekusi. Dan ternyata bener dong, wisdom teeth-ku tumbuhnya ndak karuan dan perlu dicabut. Minimal 2 yang harus dicabut katanya, dan jangan ditunda-tunda lagi. Yasudah, aku bisa apa. Cuman bisa terbaring pasrah sambil menyaksikan dokter dan asistennya oprek-oprek mulutku.
Selesai eksekusi, kata dokternya jangan makan dulu sampek minimal 2 jam ke depan dan kapasnya jangan dicopot sampek 40 menit ke depan. Untungnya sekarang lagi Maskenpflicht, jadi pipiku yang tembem sebelah gara-gara sumpelan kapas bisa ketutupan masker. Kata dokternya juga, jangan makan yang panas atau dingin dulu, trus jangan makan yang keras, atau yang lengket. Banyak tenan larangannya. Kalo gini caranya yaa cuman bisa makan bubur, paling sama jus juga. Mana kenyang. Dipaksa makan biasa juga ndak enak ternyata. Rasanya masih agak kebas, sama ada sisa pahit dari obatnya.
Lalu aku heran. Beberapa waktu yang lalu, aku jemput temenku yang abis operasi gigi juga. Dia langsung malak es krim Mukidi, karena aku ndak nemenin dia ke dokter gigi. Tak tanya, kan ndak boleh makan dingin, biarin katanya. Enak. Yawes. Sorean dikit, dia ngajak nyari pizza. Bentar. Pizza kan ada crust-nya, trus panas. Katanya kalo abis operasi gigi ndak boleh makan yang keras atau yang panas. Ini kok ngajak makan pizza. Emang kalo udah urusan perut, dibela-belain lah yaa. Aku juga heran satu lagi, ini ngomel dan ngocehnya ndak berhenti sama sekali. Kok bisa. Padahal aku yang operasinya ndak seheboh dia aja susah banget mau ngomong, baru normal lagi sekitar 5 jam setelah operasi. Cuman bisa geleng-geleng aku tuh. Antara aku yang cupu, atau dia yang aneh? Kayaknya dia yang aneh deh. Nih yaa, mana ada orang yang sehari minta dioperasi 2 gigi, udah gitu bisa melenggang santai makan dan ngoceh segala macem.
Tapi, andaikan aku yang cupu, berari cupunya dobel-dobel dong. Cupu gara-gara ndak se-YOLO temenku ini, dan cupu gara-gara aku takut ke dokter gigi. Ndak cuman dokter gigi, takut suntikan juga. Jadi, waktu gigiku dioprek-oprek kemaren, aku harus berhadapan dengan 2 hal yang tak takutin sekaligus. Deg-degan, keringet dingin, wes ndak karuan pokoknya. Heart rate-nya sampek 150an. Apalagi pas dokternya ngeluarin suntikannya. Wes ndak karuan rasanya.
"Yak Mas, santai aja, kalem."
"Tarik nafas dalam-dalam, Mas."
"Jangan kaku gitu badannya. Tenangin diri dulu juga boleh."
"Tarik nafas yang dalam, Mas. Saya suntik yaa. "
Aku cuman bisa merem. Matanya juga udah mbrambangi ini. Disuntik berapa kali? 4 kali. 4 KALI! Dokternya kayaknya tau aku udah mulai gelisah, sampek akhirnya dia nyuruh aku nafas sesuai aba-abanya. tak ikutin, lha ndak bisa melakukan hal lain selain itu. Padahal ini bukan pertama kalinya aku cabut gigi. Waktu pasang kawat gigi sekitar 11 tahun lalu, beberapa gigiku di atas dicabut, 3 gigi kayaknya. Woiya tapi itu juga perjuangan sampek nangis-nangis deng.
Namanya rasa takut, kupikir semua orang pasti punya. takut ayam, takut ketinggian, taku serangga, takut macan, dan berbagai takut lainnya. Termasuk juga takut ditolak, takut bicara di depan umum, takut ditinggal pergi. Punya rasa takut akan sesuatu, menurutku bukan hal yang memalukan. Toh, di dunia ini, semua orang hebat, ndak ada yang ndak punya rasa takut. Orang-orang yang dalam sejarah tercatat sebagai orang yang pemberani, juga punya rasa takut. Heraklius, Genghis Khan, Winston Churchill, Augustus, dan banyak lagi lainnya. Orang pemberani dan orang hebat tuh bukan orang yang ndak punya rasa takut. Orang yang ndak punya rasa takut mah, borderline gila dan ndak punya perhitungan. Orang pemberani dan orang hebat itu adalah orang yang bisa mengalahkan rasa takutnya dan maju ke depan.
Jadi, aku ini kalo tercatat dalam sejarah, udah jadi orang yang pemberani. Soale berani berhadapan dengan suntikan dan dokter gigi di hari yang sama, walaupun sambil mbrambangi. Tapi di appointment minggu depan, mesti ndredeg dan mbrambangi lagi sih.
Ben.