Master of Coin

Master of Coin

Kemaren baru selesai sesi one-shot DnD Cult, ceritanya sih prequel dari campaign yang sekarang. Jadi temanya yang lebih jadul lah, Romawi Kuno. Nah di sini, ku jadi Master of Coin, alias bendahara, di kerajaan ini. Padahal udah dibikinin jabatan khusus sama Mas DM, Magister of String, karena aku emang sukanya pulling string. Fukin Bard with his over the top Charisma and Expertise. Tapi udah diprotes sama anak-anak, soale dari tahun kemaren kok mainnya karakter yang gitu terus. Yaa akhirnya ganti, ndak jadi Bard dan ndak Master of String, tapi Warlock dan Master of Coin. Iyaa, masih Cha-based class. Hehe.

Karakter dengan nama Flavius ini punya catchphrase "angka tidak pernah berbohong". Jadinya kalo sama yang ada angkanya, apalagi uang, kritis banget. Perhitungannya terlalu detil, sampek yang lain geleng-geleng dan mempertanyakan. Tujuannya tetep pulling the string, sih, tapi dengan kemampuan finansial. Pengen semua orang di kerajaan itu punya akses ke pendidikan dan kesehatan layaknya orang kaya. Pokoknya for the state and the people!

Bikin si karakter ini, kayak karakter-karakter sebelumnya, berdasar diri sendiri. Bukan, bukan di bagian pulling the string-nya. Tapi di bagian keuangannya, karena sekarang aku mau ngobrolin soal personal finance, utamanya budgeting.

DSCF4927.jpg

Cukup sering aku denger kawan-kawan sambat soal uang. Ada yang bingung karena masih living paycheck-to-paycheck, ada yang sambat ndak bisa nabung, ada yang tenggelam dalam tagihan kartu kredit, takut liat isi rekening, dan lainnya. Sesekali ku kasih saran, coba budgeting-nya dibenerin dulu. Soalnya menurutku budgeting bukan sekedar nyatat uang keluar-masuk, nabung, atau membagi uang ke beberapa bagian. Budgeting itu juga mindset, lifestyle. Biar bisa ngatur uang dan bukan diatur uang.

Ketika diajak lebih melek soal uang, ada yang mendadak defensif. Beranggapan kalo terlalu mikir soal uang tuh ndak baik, nanti jadi kemaruk, money-oriented, kebanyakan mikir uang, apa-apa uang terus, dan lainnya. Yaa yang dibilang sama dia ndak salah juga sih, itu buruk. Tapi kan aku mau mengarahkan biar ndak menuju ke situ, biar jadi lebih mindful soal uang juga. Dengan cara mengetahui hubungan antara seseorang dengan uangnya lewat budgeting. Gimana mau lebih mindful sama uang kalo ndak mengenal uang lebih dekat.

Jujur aja, perjalananku dengan uang ini diawali karena keterpaksaan dan hobi. Terpaksa karena waktu itu aku udah mulai punya usaha sendiri, dan hobi karena ku seneng banget liat data yang teratur dan rapi. Jadi aku ndak mulai dengan pengen mengubah mindset soal uang, tapi malah langsung terjun bebas ke budgeting. Nah, seiring berjalannya waktu, ternyata dari budgeting itu ku menemukan banyak perubahan dalam hubungan sama uang, pandangan soal uang.

Jadi, apa yang berubah? Banyak. Salah satunya, aku jadi punya prioritas pengeluaran, yang kebetulan juga sejalan sama prioritas dalam kehidupan. Jadi terbantu banget ketika harus menentukan sesuatu. Ini sesuai ndak yaa sama prioritasku sekarang? Kalo iya, yaa dibeli. Kalo ndak, yaa ditinggal.

Halah langsung aja lah yaa ke metode budgeting.

Metode budgeting ada beberapa, tapi yang umum dipake itu envelope, percentage, zero-based, dan no-budget. Dibahas satu-satu yaa.

  1. Envelope
    Bikin kategori pengeluaran kayak belanja, sewa rumah, listrik, gas, air, dan lainnya. Tiap kategori itu mewakili 1 “amplop”, nah nanti tiap amplop ini diisi uang yang kira-kira bakal dibutuhkan bulan ini. Contoh, kalo belanja, bawanya amplop belanja. Yaudah, itu doang uang yang bisa dipake buat belanja. Harus cukup. Di akhir bulan, kalo uangnya masih sisa, dikumpulin dan bikin emergency budget.
  2. Percentage
    Yang ini pasti pernah denger dong. 50/30/20, 80/20, 70/30, dan lainnya. Pokoknya pemasukan tiap bulan dibagi menurut persentasenya. Yang paling penting dan yang wajib dibayar, dapet persentase paling gede. Nanti sisanya bisa buat yang lain, buat tabungan, atau buat hura-hura.
  3. Zero-based
    Sesuai namanya, pokoknya hasil akhir harus 0. Jumlah uang masuk sama dengan jumlah uang keluar. Uangnya harus “dihabiskan”. Kedengerannya asik yaa. Tapi maksudnya, tiap uang yang kamu punya harus dikasih “kerja”, ndak ada uang yang nganggur dan jadi sisa. Misal udah nyiapin uang buat bulan ini, ternyata masih ada sisa. Nah sisanya ini dimasukin ke kategori lain, kayak tabungan, emergency budget, atau lainnya.
  4. No-budget
    Waini. YOLO! Aku sendiri ndak mempraktekkan ini, soale berbahaya sekali. Sering kalap dan lupa diri. Tapi kalo kamu punya kontrol yang lebih hebat dari aku, silahkan dicoba. Ini paling simpel, cuman butuh tau berapa uang yang ada di rekening, trus udah tuh dipake semaunya aja. Serasa sultan banget kalo ini.

Sekarang terserah mau coba yang mana. Aku saranin sih dicoba semuanya, mana yang paling cocok. Namanya juga personal budgeting, yaa harus sesuai individu masing-masing dong. Kalo mau menggabungkan beberapa metode sekaligus, boleh banget kok! Ndak ada yang ngelarang. Malah menurutku menggabungkan 2 atau lebih metode sekaligus bisa membantu perjalanan budgeting kita.

Ada ndak sih aplikasi buat budgeting?

Banyak!

Selain aplikasi, bisa juga kok pake Excel atau Google Sheets. Aku sendiri pake YNAB sebagai aplikasi utama, trus pake Finanzguru yang bisa liat transaksi di masa mendatang dan terhubung ke semua rekeningku di EU.

Aku udah pake YNAB selama beberapa tahun terakhir, dan kebantu banget sih. Bisa diakses lewat web dan lewat aplikasi, banyak workshop dan artikel-artikel yang bagus dan gratis, bisa tanya-tanya langsung ke staff-nya kalo butuh bantuan dan bimbingan soal personal budgeting. Buat yang suka pake metode zero-based dan envelope, YNAB cocok banget sih karena mereka menggabungkan 2 metode itu. Mereka nawarin trial selama 1 bulan, trus khusus pelajar/mahasiswa dapet gratis selama setahun. Cukup banget sih buat menyerap ilmu dari berbagai workshop dan bimbingan. Nanti, kalo ndak mau bayar, bisa dipindah ke everypocket, hampir sama kayak YNAB tapi gratis. Sayangnya, cuman bisa diakses lewat web dan Android, iOS belom ada.

APC_0024.jpg

Buat kalian yang tinggal di luar negeri atau yang punya rekening di luar negeri, YNAB bisa dipake buat bermacam mata uang kok. Tapi ndak dijadiin satu, tiap mata uang dipisah di budget yang berbeda. Rupiah sendiri, Euro sendiri, Dollar sendiri. Mungkin di luaran sana banyak aplikasi yang otomatis convert berbagai mata uang ke mata uang utama, tapi aku ndak suka. Soale jadi kurang jelas nanti itungannya.

Banyak yang bilang personal budgeting itu sebuah privilege. Zaman sekarang kayaknya segalanya dibilang privilege yaa. Aku cukup setuju sih, ndak semuanya dapet pelajaran tentang personal budgeting atau personal finance. Tapi sekarang kan informasi bertebaran di mana-mana, akses internet juga lebih baik dari dulu, trus kalo mau tanya di forum yang tepat juga pasti dijawab. Jadi ini privilege yang bisa dikalahkan dengan belajar. Nabung tuh, sebuah privilege yang susah dikalahkan bahkan dengan belajar.

Money is not everything, but without money, everything is nothing.