5 Frames In A Blizzard With XD-7
Kalo ditanya apa yang spesial dari Clausthal, kayaknya jawabannya ndak bakal jauh-jauh dari hutan, danau, lynx, dan gunung. Selain itu semua, ada satu hal lagi yang spesial dan jarang ada di tempat lain, saljunya. Salju, dan angin, di Clausthal, tuh, ndak kira-kira. Ndak jarang bulan Oktober udah mulai salju dan bulan April masih turun dikit-dikit. Ndak masuk akal. Kadang aku mikir, kayaknya we live in a simulation. Mungkin ada sekelompok orang yang punya alat pengatur iklim kayak punyanya Doraemon, trus dipasang di Clausthal. Semacam penelitian gitu, efek samping dari prolonged winter terhadap kesehatan mental dan produktivitas manusia. Atau bisa jadi ini semacam conditioning in case of nuclear winter kali yaa. Pada kenyataannya, produktivitas terjun bebas, karena males keluar semua. Bayangin aja, harus jalan ke lab pagi-pagi pukul 7, masih gelap gulita, sembari menerjang angin dan salju yang tingginya hampir selutut. Ini mau ke lab atau mau berburu beruang kutub.
Musim dingin yang lalu, alhamdulillah, jadi musim dingin terakhirku di Clausthal setelah mbuh berapa tahun. Dari sekian tahun ini, aku udah ganti jaket winter 3 kali, sepatu hiking udah hampir habis spike-nya, roda koper jebol 2, kepleset di es entah berapa kali juga. Dan buat mengenang winter terakhirku di Clausthal, aku memutuskan buat foto-foto beberapa lokasi yang sering tak lewati. Kebetulan saljunya lagi kenceng juga, on brand, lah jadinya.
Kamera yang tak bawa kali ini Minolta XD-7 dan pake film Kodak Gold 200. Buat kalian yang mengharap bakalan ada alasan khusus kenapa aku milih kamera dan film ini, ndak ada. Ndak ada sentimental-sentimentalan juga. Kebetulan aja kamera-kameraku yang weather resistant udah di-packing semua, trus sisa satu kamera ini doang yang di luar karena masih ada filmnya. Awalnya takut juga, sih, bakalan kena salju, kena air, trus merembes ke dalam, dan bikin rusak. Ternyata ndak juga, setahunan kemudian masih berfungsi dengan baik. Bahkan udah dipindah-tangankan karena lemariku penuh sakpole.
Sisa filmnya ndak banyak, ndak sampek sepuluh frame. Biar maksimal, aku milih rute yang biasa tak lewati kalo mau belanja, ke Institut/lab, atau mau ke sport hall. Hidupku di sini cuman berkutat di tiga tempat itu e. Oh, tapi jangan berharap fotonya bakalan bagus dan mendeskripsikan Clausthal. Ndak dong. Mana sempet mikirin bagusnya kayak gimana, yang penting jepret, cepet abis, trus pulang. Ternyata, bawa kamera full-metal body di tengah-tengah badai salju gini bukan ide yang bagus. DINGIN SAKPOLE, BRO.